Wednesday, October 24, 2007

Kenangan Bersama Ayah

Al-kisah, seorang ayah yang ngerasa sudah berada di ujung usia, memanggil dua orang anaknya dan berwasiat 3 hal, yaitu : 1.Setelah ayah meninggal, uruslah jenazah ayah dengan baik, 2.Bagilah harta peninggalan ayah sama rata, 3.Hendaklah kalian berdua mematuhi 2 hal berikut, yaitu jangan pernah terkena sinar matahari dan setiap kali makan kalian harus dengan ikan lebih dari 1.


Menyikapi wasiat tersebut, anak pertama melaksanakan wasiat itu mentah2.
Dia yang sebelumnya tergolong petani suskses tidak pernah lagi pergi ke sawah karena menghindari sinar mentari. Dia juga menjadi gemuk karena selalu makan dengan lebih dari 1 ikan. Dengan manajemen hidup yg demikian lambat laun hartanya habis terkuras hanya untuk hal yg sifatnya konsumtif. Anak ke dua ternyata berbeda penyikapannya. Dia yang memang tidak berbakat menjadi petani menjual hasil peninggalan sang ayah dan membuka sebuah toko di pasar, dia selalu berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang ke rumah setelah matahari terbenam. Dia juga selalu membeli ikan kecil2 untuk makan. Jadilah sang adik menjadi saudagar yang kaya.


Karena tulisan ini bukan ingin ngebahas kisah di atas, maka silahkan disimpulkan sendiri hikmahnya. Itu salah satu cerita Bapak untuk kami, yang aku posting –pengennya-- pas hari ultah Bapak yang ke-62, 16 Agustus 2007 kemaren. Sayang, kesibukan tidak memungkinkan untuk itu.


Sejak kecil, pada hari2 tertentu (aku dah lupa hari apa aja) kami dan teman2 sekitar rumah biasa berkumpul sholat maghrib berjama’ah dan mendengarkan cerita Bapak. Di hari yg laen, Bapak akan sholat maghrib di masjid dan aku paling suka ikut karena pasti Beliau akan mendudukkanku di pundaknya yang mulia. Seneng deh, walaupun kadang karena gak tidur siang aku jadi tertidur pas sujud dan Bapak akan kerepotan menggendongku pulang.


Saat ultah adalah hari yang istimewa buat kami. Biasanya ibu akan menyiapkan makan malam yang istimewa dan kami menyiapkan kado sederhana buat yg ultah. Saat makan malam jg jd istimewa karena ada do’a khusus untuk yg ultah n ucapan selamat setelahnya dengan mencium pipi kanan, kiri dan kening. Next, makan malam dimulai.....


Bapak, dengan segala kesibukannnya : kerja, kuliah, organisasi tetap menyediakan waktu ba’da maghrib untuk kami. Hingga aku remaja dan mulai aktif di organisasi, Bapak tidak akan mengijinkan aku keluar rumah ba’da maghrib. Jarak maghrib – isya tu singkat, kalo mo rapat atau pengajian ya ba’da isya’, itu selalu kata beliau.


Bapak yang bukan orang jawa sering jadi bahan tertawaan kami karena logatnya. Meski begitu beliau gak pernah marah. Beliau orang yang suka memuji dan penuh toleransi (walaupun soal ini sering aku protes), sangat jarang marah, dan tidak pernah membentak.


Beliau juga tidak pernah mencela makanan.
Suatu kali ibu puasa sehingga tidak bisa mencicipi masakan. Ketika ibu berbuka baru ibu tahu kalo masakannya ke-asin-an. Ibu minta maaf, tp dengan santai Bapak bilang, ya itu kebetulan aja mutu garamnya bagus. Ha..ha..ada aja!


Di kali yang laen, ketika bertamu dan disguhin salak yang rada sepet, Bapak bisa maem lebih dari satu salak padahal ibu satu aja gak habis. Di perjalanan pulang, ibu nanya bapak dapet salaknya yg manis ya? Jawaban bapak pendek aja, enggak koq, sama aja. Nah lo?


Karena bapak juga manusia, maka tentu saja beliau tidak sempurna. Yang pasti, dulu beliau masih sok nyuri2 kesempatan untuk merokok. Beliau juga cenderung berantakan sampe sering bikin ibu sumpek (he..he..), tp kreatif jg tuh Bapak. Gara2 sering kena ’semprot’ karena bukunya yang sering berantakan beliau bikin lemari yg mejanya sekaligus berfungsi sebagai tutup. Jadi begitu selesai baca, langsung ditutup aja tanpa perlu merapikan. Kadang kalo kesusu, n butuh beberapa halaman dari bukunya...ya udah sobek aja...ha..ha... (kalo ke perpus, orang kayak gini membahayakan..ha..ha..sttt).


Keunikan Bapak itu, sering menginspirasi Ibu untuk membuat cerpen atau sekedar anekdot yang beberapa pernah dimuat di media.


Akhirnya, Met ultah Pak, Barakallah fi ’umurik.

5 comments:

Anonymous said...

hik..hiik..bikin nangis..

Anonymous said...

hemmmm.....mengharukan.....

Anonymous said...

kok gak di up load nasyid "KENANGAN BERSAMA AYAH"...

Indria Mahsunah said...

nasyid "kenangan bersama ayah", ane gak gak punya tuh. Kalo mo ngirimin boleh lho..

Anonymous said...

great family...
terkesan dg sosok orang-orang terdekat yg b.ind critain..
inspiring me 4 being a good mom (kalo Allah mengijinkan,he3, jd seorang ibu yg slalu berdoa dan memberi tanpa henti buat mereka...
kluargaku mgk tdk "sehangat" itu, but at least aku bersyukur dg hdpku sejauh ini...just try 4 a better..