Wednesday, July 25, 2007

RUMAHKU…SURGAKU…(Kado 3)

“Baiti Jannati” adalah cita-cita bagi setiap pasangan. Karenanya setiap pasangan harus menciptakan rumah sebagai ‘sarang’ tempat mereka selalu ingin pulang. Untuk menciptanya butuh proses, kesabaran, perjuangan, bahkan pengorbanan dan juga ILMU. Dan ini bukan cuma tugas istri lho…

Setiap kita boleh takut kehilangan pasangan hidup kita, tapi pasangan hidup kita juga harus merasa TAKUT KEHILANGAN KITA. So..?

Perempuan dalam rumah tangga, secara domestik punya peran yang tidak kecil ataupun sampingan. Ia adalah istri, ibu rumah tangga, sahabat suami dan anak-anak, teman diskusi, dan bahkan bisa menjadi pencari nafkah tambahan. Karenanya ia adalah mitra sejajar suaminya dan sahabat anak-anaknya serta manajer dalam rumah tangganya.

Perempuan setelah menikah harus tetap menggali minat dan bakatnya, karena ia harus jadi sahabat dan teman diskusi yang cerdas dan bernas. Ia paham isu-isu social kemasyarakatan dan hal-hal yang up to date. Bukan cuma asyik diajakin ngobrol soal resep masakan or bunga di taman.

Selain itu, sebagai bagian dari masyarakat, ia juga punya peran public karena ia juga punya tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anaknya. Namun demikian, ia harus menampilkan kemuslimahannya, tidak boleh melupakan kodratnya sebagai perempuan.

Laki-laki sebagai suami, otomatis harus mendukung pengembangan potensi buat istrinya. Wah..sory..gak bisa jelasin panjang nih!

Aku punya kenalan yang –subhanallah—upayanya mencipta Surga Dunia demikian kuat. Sedikit cerita tentang dia. Suatu hari pas aku silaturahim ke rumahnya,,,tiba2 ada telepon dari sang suami. Setelahnya, dia pamit ma aku untuk mempersiapkan diri menyambut suami, berwudlu, pake lipstik ‘n bedak tipis, dan (ini yang aku rada ‘kaget’) pake bando (tentu aja tanpa jilbab)…Ketika dia kembali membersamaiku, dia berbisik (mungkin karena ngeliat raut mukaku yang heran abizzz) “Suamiku suka kalo aku dandan kayak gini.” Oooo. Selanjutnya mengalirlah cerita tentang kesetiaan sang Suami ketika pasca melahirkan anak pertama --waktu aku ketemu itu, anaknya udah 3-- karena kondisi kesehatan, dokter menyarankan untuk tidak berhubungan badan selama sekian bulan, ‘n suaminya setia banget sampe kadang harus tidur di sofa..bla..bla..bla…

Ada kisah lain. Suatu hari di sebuah Pelatihan aku tertarik ma seorang peserta, ibu-ibu yang semangat banget. Waktu itu aku menaksir usianya 40-an. Aku jadi kenalan dan ternyata…usianya baru awal 30-an, anaknya baru 1. Aku heran luar biasa karena dia emang keliatan dah tua, beberapa giginya juga udah tanggal. Jadilah akhirnya kami ngobrol seputar kesehatan reproduksi, perawatan kesehatan selama masa hamil dan setelah melahirkan.

Ya...memang menikah butuh ilmu yang gak sedikit.

1 comment:

Anonymous said...

Kalau belum nikah berarti belum punya surga sendiri dong?
Makanya cepet nikah!